Putar Balik Trump terhadap Tenaga Angin Melemahkan Masa Depan Energi Bersih
- Pemerintahan Trump membatalkan pendanaan energi angin lepas pantai sebesar $679 juta untuk 12 proyek, termasuk ladang angin senilai $6.2 miliar yang hampir selesai, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional. - Langkah ini memicu reaksi hukum dan mengancam investasi sebesar $6.2 miliar, lebih dari 8.000 lapangan kerja, serta keandalan jaringan listrik di wilayah Timur Laut yang bergantung pada energi terbarukan. - Analis memperingatkan bahwa pembalikan mendadak dapat merusak kepercayaan investor pada energi bersih, dan dukungan federal yang tidak konsisten dapat membahayakan target iklim serta transisi energi AS. - Energi terbarukan kini memasok 40% kebutuhan energi di Amerika Serikat.
Pemerintahan Trump sekali lagi mengganggu sektor energi angin lepas pantai dengan membatalkan pendanaan federal sebesar $679 juta untuk selusin proyek lepas pantai, menurut laporan terbaru. Keputusan ini, yang dikaitkan dengan kekhawatiran luas tentang "keamanan nasional", telah menyebabkan ketidakpastian signifikan dan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan industri ini [1]. Proyek-proyek yang terdampak termasuk ladang angin Revolution Wind yang hampir selesai, senilai $6.2 billion, serta proyek lain di Rhode Island, New York, dan Idaho. Meskipun telah menerima persetujuan federal penuh dan membuat kemajuan substansial menuju penyelesaian, proyek-proyek ini tiba-tiba dihentikan tanpa penjelasan yang jelas dari pemerintahan [1].
Langkah ini telah memicu reaksi hukum dan politik dari para pemimpin negara bagian dan pengembang energi, yang berpendapat bahwa tindakan tersebut merusak kepercayaan investor dan mengancam transisi energi bersih di AS. Para analis memperingatkan bahwa campur tangan politik seperti ini pada tahap awal pengembangan proyek dapat memiliki konsekuensi jangka panjang, terutama dalam menarik modal ke sektor energi terbarukan [1]. Michael Gerrard, direktur Sabin Center for Climate Change Law di Columbia University, menekankan bahwa keputusan ini mengirim pesan yang menakutkan: “Jika Anda sudah mendapatkan semua izin dan menghabiskan miliaran dolar, dan bahkan setelah itu mereka masih bisa membatalkan proyek, siapa yang akan mau menanamkan modalnya?” [1].
Pembatalan proyek-proyek ini tidak hanya membahayakan ribuan pekerjaan dan investasi energi bersih bernilai miliaran dolar, tetapi juga menimbulkan risiko terhadap keandalan jaringan listrik di wilayah Timur Laut, sebuah kawasan yang sangat bergantung pada energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listriknya [1]. Angin lepas pantai, khususnya, merupakan komponen kunci dari strategi AS untuk mengurangi emisi karbon dan menstabilkan jaringan listrik. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memasok listrik ke ratusan ribu rumah dan mendukung manufaktur domestik serta pekerjaan serikat pekerja. Pembalikan mendadak ini menyoroti kerentanan sektor ini terhadap perubahan politik dan menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas jangka panjang pasar energi bersih AS [1].
Keputusan ini juga datang pada saat sektor energi terbarukan secara umum mengalami pertumbuhan signifikan. Tenaga angin dan surya menyumbang lebih dari 40 persen output listrik AS pada tahun 2024, naik dari 28 persen hampir dua dekade sebelumnya [2]. Pertumbuhan ini didorong oleh penurunan biaya, insentif pemerintah, dan meningkatnya permintaan energi bersih, terutama di negara bagian seperti Texas, yang memimpin dalam produksi angin dan surya [2]. Namun, kurangnya dukungan federal yang konsisten dapat menghambat pengembangan lebih lanjut dan membebani kemampuan industri untuk berkembang dalam kecepatan yang diperlukan.
Sementara lapangan kerja di sektor energi terbarukan terus meningkat, terdapat tantangan dalam mengukur tenaga kerja secara akurat karena perbedaan metode pengumpulan data. Misalnya, Bureau of Labor Statistics dan Department of Energy memiliki penilaian yang sangat berbeda mengenai jumlah pekerjaan di sektor ini. Department of Energy melaporkan 125.000 pekerjaan di industri angin pada tahun 2022, dibandingkan hanya 8.000 menurut BLS, yang menyoroti perlunya data yang lebih komprehensif dan terstandarisasi [2]. Seiring dengan proyeksi peningkatan permintaan listrik di tahun-tahun mendatang, yang didorong oleh AI, pusat data, dan elektrifikasi, memastikan tenaga kerja yang terlatih dengan baik akan menjadi kunci untuk mendukung ekspansi infrastruktur energi terbarukan [2].
Sumber:

Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Mengapa 10 Oktober Bisa Menjadi Titik Balik untuk Solana

Ketakutan Manipulasi Meningkat Saat Bot Membanjiri Media Sosial

XRP Mengincar Breakout Sementara Pasar Tetap Tegang

Fartcoin (FARTCOIN) Akan Naik Lebih Tinggi? Pola Kunci Menunjukkan Potensi Pergerakan Naik

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








