Kongres AS Terbelah! Demokrat Serukan ‘Anti-Crypto Week’ Lawan Agenda Republik
Pada hari Jumat, dua tokoh senior dari Komite Jasa Keuangan DPR dari Partai Demokrat, Maxine Waters dan Stephen Lynch, menyatakan akan memimpin perlawanan. Mereka menyebut langkah Partai Republik ini sebagai upaya untuk mengesahkan legislasi yang “berbahaya.”
Sebelumnya, Partai Republik telah mengumumkan bahwa mereka akan fokus pada tiga isu utama dalam RUU mereka: stablecoin untuk pembayaran, struktur pasar aset kripto, dan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Waters mengecam langkah ini dengan mengatakan, “Partai Republik menggandakan langkah mereka dengan mempercepat pengesahan paket legislasi kripto yang berbahaya melalui Kongres.”
Ia juga menambahkan bahwa RUU ini “tidak hanya kekurangan perlindungan konsumen dan pengaman keamanan nasional yang sangat dibutuhkan, tetapi juga akan membuat Kongres turut terlibat dalam skema kripto Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Mengingat Partai Republik hanya punya mayoritas tipis di DPR, belum jelas apakah mereka punya cukup dukungan untuk meloloskan ketiga RUU ini, apalagi dengan oposisi kuat dari Waters dan Lynch.
Baca Juga NFT Masih ‘On Fire’! Penjualan Global Tembus US$2.8 Milliar di Awal 2025, Meski Ada Penurunan
Lynch juga menambahkan kritik pedasnya, “Rekan-rekan saya di Partai Republik tampak sangat bersemangat menjalankan agenda industri kripto, sambil menutup mata terhadap berbagai kerentanan dan peluang penyalahgunaan yang ada dalam ekosistem ini.”
Isu ini semakin rumit karena ada dugaan keterlibatan Presiden Donald Trump dalam industri kripto. Trump sendiri dikabarkan telah meraup sekitar $620 juta dalam beberapa bulan dari investasi kripto, termasuk melalui perusahaan keluarganya, World Liberty Financial.
Perusahaan ini bahkan menerbitkan stablecoin sendiri bernama USD1, di saat Kongres sedang mempertimbangkan legislasi untuk mengatur aset semacam itu.
Tiga RUU Kripto yang Sedang Dibahas
Selain GEINius Act yang mengatur stablecoin dan sudah lolos di Senat (meski sempat ditentang Demokrat), Partai Republik juga akan mempertimbangkan:
- Anti-CBDC Surveillance State Act: RUU ini bertujuan untuk menghalangi pengembangan mata uang digital milik pemerintah AS (digital dollar).
- CLARITY Act: RUU ini bertujuan untuk membentuk kerangka kerja pasar aset digital yang lebih jelas dan terstruktur.
Pada hari Jumat, penasihat kripto Gedung Putih, Bo Hines, optimis bahwa DPR akan meloloskan GEINius Act tanpa perubahan dan langsung mengirimkannya ke presiden.
Sementara itu, pembahasan RUU struktur pasar aset kripto tampaknya mulai bergeser ke Senat. Pada Juni lalu, Ketua Komite Perbankan Senat Tim Scott, Bo Hines, dan Senator Cynthia Lummis menyatakan akan menyusun dan mengesahkan RUU tersebut paling lambat 30 September, bahkan sebelum DPR mengumumkan “pekan kripto” mereka terkait CLARITY Act.
Ketua Komite Jasa Keuangan DPR, French Hill, dalam podcast Thinking Crypto, menyatakan, “Ini akan menjadi draf terbaik dari RUU struktur pasar yang telah dibahas di DPR sejak 2023. Kami akan melakukan pemungutan suara di DPR, lalu mengirimkannya ke Senat.”
RUU struktur pasar ini diharapkan dapat memberikan kejelasan peran regulator keuangan utama di AS, terutama Securities and Exchange Commission(SEC) serta Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC).
Versi RUU DPR bahkan mengusulkan untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada CFTC dalam hal pendaftaran dan pengawasan aset digital.
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Pasangan perdagangan margin spot baru - LA/USDT
AINUSDT sekarang diluncurkan untuk perdagangan futures dan bot trading
Bitget merilis Laporan Valuasi Dana Perlindungan Juni 2025.
Pengumuman mengenai pembakaran Bitget Token (BGB) Q2 Tahun 2025
Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








