• Emirates akan mulai menerima pembayaran tiket dengan Bitcoin dan kripto melalui kerja sama dengan Crypto.com pada tahun 2026.
  • Sistem pembayaran kripto Emirates akan langsung dikonversi ke dirham tanpa menyimpan aset digital di neraca perusahaan.

Bayangkan beli tiket pesawat pakai Bitcoin—bukan mimpi, tapi rencana nyata dari Emirates. Berdasarkan laporan Reuters , maskapai asal Dubai ini bersiap menerima pembayaran dengan aset kripto mulai tahun 2026, menjadikannya maskapai global terbesar yang membuka akses ini. Langkah ini bukan hanya gebrakan, tapi juga sinyal kuat bahwa kripto makin menembus industri yang dulu dianggap eksklusif dan serba tradisional.

Rencana ini muncul setelah Emirates menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Crypto.com. Nantinya, fitur Crypto.com Pay akan diintegrasikan langsung ke sistem pembayaran Emirates. Artinya, pelanggan bisa beli tiket pakai Bitcoin, Ethereum, dan kripto lainnya.

Tapi tenang, semua transaksi akan langsung dikonversi ke dirham, jadi tidak ada risiko Emirates harus menyimpan kripto di neraca mereka. Sistem ini juga memberi kepastian hukum dan akuntansi yang lebih aman.

Emirates Tak Hanya Terima Kripto, Tapi Bangun Ekosistemnya

Rencana peluncuran ditargetkan mulai kuartal akhir 2026. Tahap awal akan diuji di beberapa rute tertentu. Kalau berjalan mulus, Emirates bakal memperluasnya ke lebih banyak rute internasional. Strateginya sederhana: mulai dari yang kecil, ukur respons pasar, lalu ekspansi. Yang menarik, ini bukan sekadar tentang teknologi, tapi tentang membaca perilaku penumpang modern yang makin digital.

Di sisi lain, keputusan Emirates ini sejalan dengan visi besar Dubai yang ingin jadi pusat inovasi keuangan global. Regulasi ramah kripto, termasuk peran otoritas seperti VARA , bikin ekosistemnya makin matang. Selain itu, zona DMCC yang kini jadi rumah bagi lebih dari 650 perusahaan Web3 menunjukkan bahwa industri ini sedang berkembang cepat.

Lebih lanjut lagi, Emirates tampaknya juga melihat celah promosi dari langkah ini. Ada rencana untuk mengadakan kampanye edukasi soal kripto dan pembayarannya. Jadi bukan cuma sekadar fitur baru, tapi juga cara untuk membangun komunitas pengguna digital yang lebih sadar dan aktif.

Tren Lebih Luas, Sinyal dari Timur dan Barat

Kalau kita geser sedikit pandangan ke sisi lain dunia, sinyal adopsi kripto juga datang dari sektor keuangan tradisional. CNF ssebelumnya melaporkan bahwa awal Juni lalu, Sberbank, bank terbesar di Rusia, meluncurkan obligasi berbasis Bitcoin untuk investor terakreditasi. Uniknya, transaksi itu tak butuh dompet kripto atau platform asing—semua diselesaikan langsung dalam rubel.

Tak berhenti di situ, pada 4 Juni mereka juga merilis produk futures Bitcoin lewat platform SberInvestments. Langkah ini menandakan bahwa bank besar mulai menyentuh ranah kripto, tapi tetap dalam koridor regulasi lokal.

Di kawasan Teluk, perusahaan investasi asal Abu Dhabi, Mubadala, turut mencuri perhatian. Mei lalu, mereka menambah kepemilikan saham IBIT sebagai strategi masuk yang lebih aman ke dunia aset digital. Mereka tampaknya percaya bahwa masa depan investasi tidak lagi hanya soal saham atau properti.

Lalu, awal Juli, Bit Digital—perusahaan kripto yang tercatat di NASDAQ—memutuskan untuk mengurangi aktivitas penambangan Bitcoin. Sebagai gantinya, mereka mulai membangun treasuri Ethereum dan memperbesar eksposur ke BNB. Ini menandai pergeseran strategi jangka panjang dari sekadar mining ke pengelolaan aset kripto yang lebih terukur.

Jadi, kalau Emirates buka pembayaran dengan kripto di 2026, bisa jadi itu bukan langkah ‘eksperimental’, tapi justru bagian dari tren besar yang sedang digerakkan oleh perusahaan global, bank, hingga investor institusi.